Langsung ke konten utama

Tas pun Beranak Pinak

Tak Terasa Waktu berlalu kian cepatnya. Tak terasa pula sudah 2 tahun saya tinggal di kota ini Baubau sebagai tempat mencari hidup demi sesuap nasi(lebay sepertinya) hehe. tapi tak apalah, ini hanya sebuah teks yang sekedar sebagai deskripsi.Terhitung sejak Januari 2010 tepatnya 23 Januari, meninggalkan tempat kediaman, tempat bermain sejak kanak-kanak, tempat berkumpul keluaga dan sahabat, Hijrah ke tanah Wolio kerena konsekuensi tugas menempatkan diri di daerah ini. Tak ada keresahan selain bagaimana beradaptasi dengan orang-orang yang dalam anggapan saya adalah semuanya serba baru. Dan ini memang terbilang baru,karena untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah kesultanan tertua di indonesia. Meski saya terbiasa dengan pindah-pindah dari daerah satu kedaerah yang lain karena tugas orang tua namun kali ini sedikit terasa lain. Mungkin karena dilakoni sendiri.

***
Awal pindah membawa harapan semoga lebih baik lagi kedepannya. Berbekal beberapa potong pakaian dan buku sebagai bahan bacaan. Teringat 2 tas yang saya bawa waktu itu dari kendari-Baubau. cukuplah untuk awal yang baru.
Berkat informasi dari seorang kawan kuliah dulu yang sebelumnya saya telah menghubunginya sebelum kepindahan. akhirnya dia menemukan rumah kost yang sesuai dengan kriteria saya. Kost khusus putri, aman, dan berdampingan langsung yang punya kost-kostan. saya pun menyetujuinya. Menghuni sebuah rumah kost berukuran 2,5 x 3 m, cukuplah untuk saya seorang.pikirku. Barangku pun tak banyak hanya beberapa saja. namun ditempat itu hanya bertahan cuma 3 bulan karena ketidaknyamanan kebersihan dan anak-anak kost lain yang masih mahasiswa yang terkesan malas tahu dan mau tahu enaknya sendiri.
Kost-an yang kedua, saya tempati tak jauh dari tempat yang pertama.sebuah rumah yang cukup besar. ditempati oleh seorang janda dan anak putrinya(pemilik rumah. karena merasa sunyi Ibu itu menawarkan kamarnya yang kosong(4 x 3,5 m) tuk ditempati berhubung anaknya yang laki-laki telah menikah dan tugasnya di Kendari. Jadilah saya penghuni baru di rumah itu. Cukup lumayan saya menempati rumah itu. 14 bulan lamanya. tepatnya dari 14 mei-14 september.
Namun, meski begitu Rumah sendiri memang slalu memberikan kenyamanan. meski demikian saya harus bisa belajar mandiri, jauh dari orang-orang yang tersayang dan menyayangi. seperti yang pernah saya kutip kalau tidak salah, "takkan maju seseorang jika ia tak pindah/hijrah ketempat lain" , saya pun mengartikannya bahwa dengan hijrah kita belajar segala hal dan menemukan hal-hal baru dan itu adalah pembelajaran/pengalaman yang sangat berharga.

***

Kembali lagi, saya pun terpikir tuk mencari rumah.Rumah yang dekat dengan kantor agar mobilitas ke kantor tidak begitu sulit.dan akhirnya saya pun menemukannya. Sebuah Rumah yang termasuk dalam kawasan BTN MediBrata. Rumah yang sangat sederhana, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Letaknya tepat dibelakang kantor.Dan rumah inipun berkat info teman juga yang tak menempati kamarnya itu, maka jadilah saya yang menempatinya dengan teman lain.
sejak siang kemarin pulang kantor hingga malam ku kemas barang-barang, memasukkannya ke doz dan tas cover. cukup banyak ternyata. penglihatanku tak salahkah..?? Hal yang menggelitik dan itu merupakan kelucuan bagi saya. Awalnya cuma 2 dan sekarang lebih dari itu. Dan pikirkupun ternyata tak hanya makhluk hidup bisa beranak pinak. benda matipun bisa. seperti kejadian hari ini Tas sayapun beranak pinak.


Siang yang menyengat dikantor saat siap-siap tuk pulang
BWI,14Sep2011

Komentar

  1. oh..jadi pindah rumah skr?? selamat..semoga di tempat baru,keadaan menjadi lebih baik :)
    tas mu punya anak cucu juga nantinya di'..hehe

    BalasHapus
  2. iya..,sekarang rumah baru, suasana baru...hehe
    .terimaksih sayang...
    hehhe, seperti itulah saya juga heran...,tp kayaknya sampai 2 generasi sja..:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ang Pao di Tradisi Pernikahan Buton

Memasuki jenjang pernikahan untuk pasangan perawan dan bujang yang telah matang dan “mapan” adalah suatu acara yang sangat di dambakan oleh keduanya, apalagi jika pasangan tersebut telah lama menjalin atau saling mengenal karakter antara keduanya ataupun jika acara tersebut berlangsung karena alasan perjodohan orang tua. Tidak hanya keduanya acara bahagia seperti pernikahan tentu pula sangat dinantikan oleh seluruh keluarga. Seperti beberapa hari ini, saya turut menghadiri dan mengikuti proses pernikahan kedua sahabat saya di Baubau (Buton). Ada rasa bahagia dan campur sari di dalam hati menyaksikan acara pernikahan mereka. Bahagia karena akhirnya keduanya telah menyatu, dipertautkan hatinya oleh Allah SWT dalam suatu ikatan suci pernikahan dan kesedihan karena keadaan status yang sudah berbeda (tidak bisa sebebas saat masih sendiri) serta kecemasan setelah diberondong pertanyaan kapan menyusul ( sedikit miris tapi tak apalah). Proses pernikahan keduanya tentunya menggunakan trad

Waktu dan Jawaban

#Dan Benarlah waktu adalah pemberi jawab yang terbaik.. Ketika kau menunggu dalam waktu yang tak tentu..menanti jawab yang tak kunjung tiba, ketikA itu pula Hatimu gelisah. Lalu apa yang kau lakukan..? Usaha.?? Tentunya iya..,mencari informasi apa yang menjadi objek pencarian..,namun jika telah maksimal maka doalah menjadi tumpuan terakhir. Karena Doa adalah penembus atas hijab, pengubah atas takdir yang ada. Biarkan tangan tangan Ilahi bekerja dengn caranya dan Pasti itu Indah. Indah Cara manusia namun lebih Indah cara Allah. Dia memberimu disaat yang tepat, tepat diwaktu kau membutuhkannya. Dan Dia tau mana yang terbaik buatmu., maka tak terbantahkanlah apa yang menjadi FirmanNYa Dia ta mengujimu di luar kemampuanmu. Dan apa yang menurutmu baik tapi buruk bagiNya begitupula apa yang menurut bagimu buruk tapi itulah yang terbaik bagimu. Lalu apa yang dapat kau ambil..? Berprasangka baiklah selalu padaNYA, sabar dan sederhanalah dalam tiap-tiap hal. Karena segalanya terjadi tentu

Negeri Sapati di Ranah Buton

Amaaaaaaa…..,teriakan Surman memanggil nama Ayahnya yang dilihatnya sudah terbujur kaku, pucat, dan tak bernyawa lagi karena terpaan Ombak keras menggulung sampannya hingga terbalik. Suara tangisnya pecah ditengah kerumunan Warga kampung yang beramai-ramai menggotong beberapa nelayan yang hanyut oleh ganasnya ombak, dan salah satu korbannya adalah Ayah Surman. Sedangkan Ibunya diam, tak mampu berkata apa-apa lagi hanya sesegukan tangis menjadi ekspresi akan kehilangan sosok bapak dan suaminya itu. Kenapa kamu orang kasi keluarkah kita punya barang-barang…? Tanya surman kepada bapak tua seorang rentenir bernama La Maseke. Karena Amamu tidak bisa bayar utangnya sampai sekarang hingga dia mati..!! Berapakah utangnya amaku…?? Ini ambil uangku, Uang yang telah diperolehnya dari hasil menjadi kuli pengangkut dan menjual ikan para nelayan kampung, serta celengan 2 celengan bambu yang telah lama menjadi tabungannya. Utangnya Amamu tidak bisa di bayar dengan semua uangmu itu.., Ama