Langsung ke konten utama

Sempitnya Dunia

Bertemu dengan orang baru di tempat yang baru adalah memang wajar adanya. Sudah digariskannya begitu. Seperti Pertemuan sore kemarin di kompleks tempat tinggal, saat keluar untuk sekedar mengeluarkan keringat (Jogging) setelah beberapa pekan aktivitas itu tak dilakukan. Bukan hal aneh memang jika kita memang menemui orang-orang yang baru. Namun aneh (tuk saya) jika orang mengenal saya tapi saya tak mengenal orang yang dengan ramah menyapa saya dan mengetahui seluk beluk keluarga di tempat yang baru ini. Aneh, bukan..??!. Penuh tanya berkecamuk di kepala , siapakah bapak itu..? dan saya Dengan entengnya (tapi juga meragu) memberikan jawaban atas pertanyaannya hanya untuk memastikan bahwa saya adalah salah satu keluarganya. Pertanyaan bapak itu pun ku iyakan, karena memang benar adanya

kamu cucu kakek Dullah toh...??"
"mamamu Wa Salo kan...???!!"
" iye om. " jawabku singkat
"Kamu tinggal di Blok D2/17 kan..??!"
Iye, om... (lagi-lagi ku mengiyakan)
"Kamu tau tidak, disamping kanan rumahmu itu keluarga. itu rumah Adek saya"
Sontak, sayapun kaget. dengan pertanyaan sangsi..
"iyakah,Om..?
"iya...!!" sembari meyakinkan diriku, kalau itu benar
Nanti saya kasi tau om disamping rumahmu itu (sambil memutar balik motornya tuk sekedar memberi tau adiknya yang kebetulan tetangga)


***
Melanjutkan Jogging sambil bertanya-tanya, dimanakah sebenarnya bapak itu pernah melihat saya sebelumnya. tapi sudahlah, wajah saya mungkin cukup familiar di lingkungan keluarga meski saya tidak mengenalnya.
Sore itu memang bermakna bagi saya, kembali menemukan keluarga ditengah daerah yang tergolong baru. Sore yang berkeringat dan segar sangat mendukung sekali dengan pertemuan bapak itu.
***
Pulang Jogging, dengan senyum dan sapaan Ramah akhirnya mencoba memberanikan diri tuk menyapa tetangga yang dimaksud om sebelumya tdi. tetangga yang ternyata adalah om sendiri hehehe. Percakapanpun mengalir. menguak silsilah keluarga.
Ahhh...Sempitnya Dunia

***
Saat Malam mata hendak terpejam
Rindu akan keluarga
22091011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ang Pao di Tradisi Pernikahan Buton

Memasuki jenjang pernikahan untuk pasangan perawan dan bujang yang telah matang dan “mapan” adalah suatu acara yang sangat di dambakan oleh keduanya, apalagi jika pasangan tersebut telah lama menjalin atau saling mengenal karakter antara keduanya ataupun jika acara tersebut berlangsung karena alasan perjodohan orang tua. Tidak hanya keduanya acara bahagia seperti pernikahan tentu pula sangat dinantikan oleh seluruh keluarga. Seperti beberapa hari ini, saya turut menghadiri dan mengikuti proses pernikahan kedua sahabat saya di Baubau (Buton). Ada rasa bahagia dan campur sari di dalam hati menyaksikan acara pernikahan mereka. Bahagia karena akhirnya keduanya telah menyatu, dipertautkan hatinya oleh Allah SWT dalam suatu ikatan suci pernikahan dan kesedihan karena keadaan status yang sudah berbeda (tidak bisa sebebas saat masih sendiri) serta kecemasan setelah diberondong pertanyaan kapan menyusul ( sedikit miris tapi tak apalah). Proses pernikahan keduanya tentunya menggunakan trad

Waktu dan Jawaban

#Dan Benarlah waktu adalah pemberi jawab yang terbaik.. Ketika kau menunggu dalam waktu yang tak tentu..menanti jawab yang tak kunjung tiba, ketikA itu pula Hatimu gelisah. Lalu apa yang kau lakukan..? Usaha.?? Tentunya iya..,mencari informasi apa yang menjadi objek pencarian..,namun jika telah maksimal maka doalah menjadi tumpuan terakhir. Karena Doa adalah penembus atas hijab, pengubah atas takdir yang ada. Biarkan tangan tangan Ilahi bekerja dengn caranya dan Pasti itu Indah. Indah Cara manusia namun lebih Indah cara Allah. Dia memberimu disaat yang tepat, tepat diwaktu kau membutuhkannya. Dan Dia tau mana yang terbaik buatmu., maka tak terbantahkanlah apa yang menjadi FirmanNYa Dia ta mengujimu di luar kemampuanmu. Dan apa yang menurutmu baik tapi buruk bagiNya begitupula apa yang menurut bagimu buruk tapi itulah yang terbaik bagimu. Lalu apa yang dapat kau ambil..? Berprasangka baiklah selalu padaNYA, sabar dan sederhanalah dalam tiap-tiap hal. Karena segalanya terjadi tentu

Negeri Sapati di Ranah Buton

Amaaaaaaa…..,teriakan Surman memanggil nama Ayahnya yang dilihatnya sudah terbujur kaku, pucat, dan tak bernyawa lagi karena terpaan Ombak keras menggulung sampannya hingga terbalik. Suara tangisnya pecah ditengah kerumunan Warga kampung yang beramai-ramai menggotong beberapa nelayan yang hanyut oleh ganasnya ombak, dan salah satu korbannya adalah Ayah Surman. Sedangkan Ibunya diam, tak mampu berkata apa-apa lagi hanya sesegukan tangis menjadi ekspresi akan kehilangan sosok bapak dan suaminya itu. Kenapa kamu orang kasi keluarkah kita punya barang-barang…? Tanya surman kepada bapak tua seorang rentenir bernama La Maseke. Karena Amamu tidak bisa bayar utangnya sampai sekarang hingga dia mati..!! Berapakah utangnya amaku…?? Ini ambil uangku, Uang yang telah diperolehnya dari hasil menjadi kuli pengangkut dan menjual ikan para nelayan kampung, serta celengan 2 celengan bambu yang telah lama menjadi tabungannya. Utangnya Amamu tidak bisa di bayar dengan semua uangmu itu.., Ama