Cuaca Hari ini seakan turut mendukung kepergiannnya, mengantarkan ke tempat yang paling akhir yang di tempuh dari perjalanan kehidupan seorang manusia. Tempat peristirahatan yang paling kekal, sunyi dan damai. kembali ke Haribaan-Nya. Setiap yang hidup akan mengalami Kematian sebagai titik klimaks dari sebuah perjalanan. Dan hal ini tak satupun yang dapat mengelak, membantah, menolak ataupun menghindarinya. Sebuah takdir dari ilahi. Inilah Qadha dan Qadharnya.
Negara hari ini berkabung, kehilangan seorang abdi bangsa. Mengheningkan cipta sejenak, mengantarkannya ke pusara dalam upacara penghormatan terakhir di desa tempatnya bertugas. Lirih dalam rintihan tangis keluarga yang ditinggalkan dan Ibu pertiwi dalam rintikan hujan mengantarnya ke peristirahatan yang panjang.
Baru kemarin saya menulis tentangnya, dalam tulisan babinsa pasukan sigap (Kamis,29/3/2012). Sesosok bapak yang sigap. Seorang babinsa (Bintara Pembina Desa) yang siap, tanggap cepat dan tanggung jawab terhadap kondisi desa yang menjadi binaannya. Yang tak lain dan tak bukan hanya semata-mata mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Republik Indonesia terhadap segala situasi yang dilihat sebagai ancaman. Ini adalah tugasnya sebagai Anggota TNI, yang memang secara umum tugas seorang prajurit adalah demikian.
Sayapun tidak terlalu dekat mengenalnya. Hanya beberapa kali saja bertemu. karena saya cuma sesekali datang ketempat tugas bapak saat libur dan ada kesempatan. Pertama saya mengenalnya sebagai Anggota bapak waktu masih bertugas di kecamatan kapontori. Namun, setelah bapak pindah tugas di Kecamatan Lasalimu ternyata bapak menariknya kembali sebagai anggota( baca : rekan kerja).
Bapak serda La Kaisi, sesosok prajurit yang baik dan patuh terhadap perintah atasan. Masyarakat sekitar tempatnya selalu bertugas mengenalnya sebagai seorang yang baik dan peduli. Kepedulian dan tanggapnya terhadap masalah-masalah masyarakat menjadikannya sebagai seorang yang disenangi oleh orang-orang disekitarnya. Dan bapak sayapun juga berpendapat demikian.
Bapak serda La kaisi meninggal tak terduga. Dia hanya merasakan sakit di dada dan hatinya seketika. Lalu keringat mengguyur tubuhnya sebesar biji jagung. Setengah jam dirasakannya, setelah itu malaikat Izrail menjemputnya. Nafasnya berhenti berhembus dan Nyawapun lepas dari raganya.
Kematian memang tak disangka-sangka. Bisa hari ini bisa pula esok. Detik ini atau sebentar. Saat ini mungkin kita masih bercerita, becengkrama, senda gurau atau bekerja tapi tak di diketahui apa yang akan terjadi setelah itu. Sepertipun juga saya. Mungkin hari ini Saya masih bisa menulis tentang kematian seseorang, tapi bisa jadi besok sayalah yang menjadi tertulis kematiannya. Tak seorangpun kan Tahu. Kita cuma sebatas berencana namun Alloh SWT-lah yang menentukan.
Selamat jalan Pak Kaisi, Hening cipta seraya berdoa untuk mengiring perjalanan akhirmu.
Saat mendengar berita duka
Baubau,9 April2012
Baubau,9 April2012
Komentar
Posting Komentar