Kesedihan, kepedihan dan tetes air mata yang merupakan anak dari lemah dan rapuh memang selalu menjadi bagian yang selalu mengikuti kemana pergi untuk jiwa yang tak memiliki harapan dan semangat. Rasa yang senantiasa bercokol dan menjadi duri yang menusuk untuk bangkit darisebuah keterpurukan. Dia pulalah rasa yang serupa virus mematikan, menggerogoti tiap sendi dan tulang yang menembus system kekebalan tubuh. Dan rasa yang melesatkan ribuan bahkan jutaan busur panah kehancuran.
Tindak kekerasan berupa pemukulan fisik atau mental,pengabaian, pelecehan, peremehan, dan sindiran-sindiran menyakitkan adalah batu loncatan untuk mencari, menemukan dan memulai harapan-harapan dan semangat-semangat baru yang jauh lebih baik. Menjadikannya serupa hujan yang mengguyur setelah musim kemarau panjang, serupa oase yang menyejukkan, penghilang dahaga di tengah padang pasir, serupa Angin pantai sepoi- sepoi yang menghembuskan nafas-nafas wangi kesegaran, serta tanah yang padanya subur bercocok tanam untuk menuai benih-benih kebahagiaan.
Harapan dan semangat adalah Penenang dari kekacauan, Jamu Kuat dari kelemahan hati, dan cahaya api unggun yang berkobar dalam kegelapan. Dialah pula serupa kompas penunjuk arah dari kesesatan. Harapan dan semangat adalah Rahmat Allah yang senatiasa di beri untuk jiwa-jiwa yang mau bangkit, merekalah tangan-tangan kasih-NYA yang menjelma. Memelihara dan tak memutusnya adalah kekuatan yang super dahsyat pemicu tumbuhnya kebangkitan dan kemajuan, sehingga menjadi spora-spora kebaikan yang mudah tumbuh di padang manapun.
“ Sendiri bukanlah menyendiri, hanyalah kehilangan harapan dan semangat maka kau benar-benar sendiri”
MediBrata, 15 April 2012
Komentar
Posting Komentar