Langsung ke konten utama

Negeri Sapati di Ranah Buton


Amaaaaaaa…..,teriakan Surman memanggil nama Ayahnya yang dilihatnya sudah terbujur kaku, pucat, dan tak bernyawa lagi karena terpaan Ombak keras menggulung sampannya hingga terbalik. Suara tangisnya pecah ditengah kerumunan Warga kampung yang beramai-ramai menggotong beberapa nelayan yang hanyut oleh ganasnya ombak, dan salah satu korbannya adalah Ayah Surman. Sedangkan Ibunya diam, tak mampu berkata apa-apa lagi hanya sesegukan tangis menjadi ekspresi akan kehilangan sosok bapak dan suaminya itu.

Kenapa kamu orang kasi keluarkah kita punya barang-barang…? Tanya surman kepada bapak tua seorang rentenir bernama La Maseke.

Karena Amamu tidak bisa bayar utangnya sampai sekarang hingga dia mati..!!

Berapakah utangnya amaku…?? Ini ambil uangku,

Uang yang telah diperolehnya dari hasil menjadi kuli pengangkut dan menjual ikan para nelayan kampung, serta celengan 2 celengan bambu yang telah lama menjadi tabungannya.

Utangnya Amamu tidak bisa di bayar dengan semua uangmu itu.., Amamu dulu pinjam Uang ke saya 3 juta dan sekarang sudah menjadi 10 juta, Dasar miskin..!! hardik La Maseke kepada Surman sambil menyuruh anak buahnya mengeluarkan barang-barang dari Rumah Surman.

Rumahmu saya sita…untuk bayar utang Amamu, sedangkan ini saja tidak cukup untuk disebut lunas..!! Kata La Maseke dengan Sombongnya

***

Saya baru saja membaca sebuah novel buah karya La ode M.Insan. Karya anak lokal dari daerah tempat saya bertugas pulau Buton. Novel yang menceritakan kisah persahabatan anak-anak nelayan Surman, Dayan, Odi dan Poci dan sifat kebersamaan, gotong royong masyarakat nelayan yang berada di desa Laompo kecamatan Batauga Kabupaten Buton. Daerah yang berjarak 35 Km dari Kota Baubau.

Menarik. Sebuah karya yang tak meninggalkan identitas Anak buton. Dialek yang kental yang menjadi ciri sebuah daerah. Seperti penggunaan kata Mi, Kamu orang (Kalian), Ama (bapak), Ina (Ibu), yingkita (kita), Mancuana (Orang Tua) yang merupakan ciri khas dari dialek orang Buton. Novel yang hampir sama dengan karya Andrea Hirata dalam dialek Melayu di kampung Belitong.

Novel dengan penuh Inspirasi, semangat,kejujuran, tanggung jawab dan keelokan pesona pantai serta budaya daerah. Tokoh Surman yang begitu gigih dalam memperjuangkan hidupnya setelah di tinggal kedua orang tuanya. Tanggung jawab yang di bebankannya tak menjadikannya sebuah beban, malah menjadi suatu motivasi untuk maju.

Begitupula dengan sahabat-sahabatnya Dayan, Poci, dan Odi. Mereka saling membantu dan mengisi siapapun yang merasa kekurangan. Kekurangan dalam bentuk materi ataupun semangat.

Satu hal dari segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki anak-anak nelayan ini bahwa semangat untuk mengecap dan menghirup dunia pendidikan tak pernah putus. Meski segala perlengkapan seperti anak sekolah dan sekolah kebanyakan tak mereka miliki. Pakaian seadanya, tas karung terigu dan gedung sekolah yang jauh dari kesan layak tak pernah memudarkan semangat mereka. Bagi mereka pendidikan adalah serupa air yang harus terus di teguk, serupa matahari pagi yang di damba pancaran kehangatannya, dan serupa bintang-bintang malam penunjuk arah untuk melaut.

Tak ada gengsi jika mau maju, pengenalan jiwa wira usaha dan pemanfaatan waktu sejak dini juga di tonjolkan dalam novel ini. Anak-anak bekerja sesuai dengan kemampuannya tanpa merasa terpaksa atau dipaksa dan pandai dalam menempatkan waktu. Sifat seorang tokoh sarjana pengangguran seperti Latono, membuktikan bahwa jika hanya Cuma berkhayal memiliki sesuatu tanpa usaha dan kreativitas (tentu dengan cara yang baik) meskipun dengan pendidikan yang tinggi maka tak akan mendapatkan apa-apa bahkan bisa diperbodohi.

Akhirnya tak Ada usaha yang sia-sia, dengan kegigihan, semangat yang kuat, tekad dan doa. Surman berhasil melunasi utang orang tuanya dan memiliki rumahnya kembali. Surman menjadi sapati bagi keluarga dan daerahnya.

Man Jadda wajadda..


Baubau,17 April 2o12

Komentar

  1. Terima kasih ya sudah ikut menceritakan novel Saya. :) Ayo kita angkat tanah leluhur kita, semoga novelnya bermanfaat ya :)

    BalasHapus
  2. terima kasih ya atas resensinya. Novel ini masih cetak indie, tapi sekarang akan diterbitkan NouraBooks (Mizan) september 2013. Ada penyempurnaan tata bahasa dan sedikit tambahan materi. Tapi benang merah cerita secara keseluruhan sama. Salam Sapati. (Insan)

    BalasHapus
  3. Terimakasih jg sdh berkunjung ke lapak saya. Kebaanggan tersendiri buat sy dari seorang penulis terkenal spt anda bersedia mampir di sini. Awesome..!! Hehe
    Ditunggu karya selanjutnya...mgkn suatu saat sy bs bertmu anda langsung di sini..hehhe.

    BalasHapus
  4. apakah sama isi cerita Negeri Sapati dengan Serdadu Pantai? atau adahakan perbedaan kedua novel ini?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ang Pao di Tradisi Pernikahan Buton

Memasuki jenjang pernikahan untuk pasangan perawan dan bujang yang telah matang dan “mapan” adalah suatu acara yang sangat di dambakan oleh keduanya, apalagi jika pasangan tersebut telah lama menjalin atau saling mengenal karakter antara keduanya ataupun jika acara tersebut berlangsung karena alasan perjodohan orang tua. Tidak hanya keduanya acara bahagia seperti pernikahan tentu pula sangat dinantikan oleh seluruh keluarga. Seperti beberapa hari ini, saya turut menghadiri dan mengikuti proses pernikahan kedua sahabat saya di Baubau (Buton). Ada rasa bahagia dan campur sari di dalam hati menyaksikan acara pernikahan mereka. Bahagia karena akhirnya keduanya telah menyatu, dipertautkan hatinya oleh Allah SWT dalam suatu ikatan suci pernikahan dan kesedihan karena keadaan status yang sudah berbeda (tidak bisa sebebas saat masih sendiri) serta kecemasan setelah diberondong pertanyaan kapan menyusul ( sedikit miris tapi tak apalah). Proses pernikahan keduanya tentunya menggunakan trad

Waktu dan Jawaban

#Dan Benarlah waktu adalah pemberi jawab yang terbaik.. Ketika kau menunggu dalam waktu yang tak tentu..menanti jawab yang tak kunjung tiba, ketikA itu pula Hatimu gelisah. Lalu apa yang kau lakukan..? Usaha.?? Tentunya iya..,mencari informasi apa yang menjadi objek pencarian..,namun jika telah maksimal maka doalah menjadi tumpuan terakhir. Karena Doa adalah penembus atas hijab, pengubah atas takdir yang ada. Biarkan tangan tangan Ilahi bekerja dengn caranya dan Pasti itu Indah. Indah Cara manusia namun lebih Indah cara Allah. Dia memberimu disaat yang tepat, tepat diwaktu kau membutuhkannya. Dan Dia tau mana yang terbaik buatmu., maka tak terbantahkanlah apa yang menjadi FirmanNYa Dia ta mengujimu di luar kemampuanmu. Dan apa yang menurutmu baik tapi buruk bagiNya begitupula apa yang menurut bagimu buruk tapi itulah yang terbaik bagimu. Lalu apa yang dapat kau ambil..? Berprasangka baiklah selalu padaNYA, sabar dan sederhanalah dalam tiap-tiap hal. Karena segalanya terjadi tentu