Ah…mungkin belum saatnya. Saya belum bisa. Memperhadapkan diri dengan sesuatu yang paling tak ingin ku dengar. Mungkin tidak untuk saat ini. Meski hampir setiap saat ku dengar saat kita bertemu dalam berbagai pertemuan yang disengaja. Tapi bukan tuk membahas sesuatu yang masih terdengar sakit ditelinga (sejujurnya) bahkan terkadang menohok dan merajam susunan Puzzle hati yang baru saja ku tata.
Rasa kalian memang serupa tapi tak sama. Bentuk perhatian dalam joke, serius, sekedar iseng atapun celetukan kuhargai. Kusambut dalam cerita yang sama bahkan kutambahkan. Kutunjukkan dengan semangat, gelak tawa dan seolah bukan sesuatu yang menyindir. Meski kupahami adalah sindiran yang begitu halus. Tapi tetap saja tidak. Saya belum bisa mengubah pendirian. Hal itu masih sesak meski terasa kuingin bebas. Serupa burung yang terbang melebarkan sayapnya. Menghempaskan semua beban.
Kalian dan keinginan itu tak bisa terpaksakan untukku. Meski keinginan itu begitu tulus. Begitu ikhlas. Rasa sedih yang tertampakkan adalah empati yang tak bisa kukabulkan. Tak bisa ku jelmakan dalam nyata. Dia hanyalah mimpi yang hanya bisa ditemui dalam tidur lelap malam-malamku. Ya, masih gelap. Mimpi itu belum menemui pagi. Masih tidur dalam nyenyaknya.
Mengapa..? jangan tanya kenapa? Entahlah. Tapi kutahu kalian pasti tlah mengetahui jawabnya. Tanya itu tak mesti kujawab bukan..?! tanya itu pula bukanlah teka-teki silang yang harus terisi jika tlah menemukan salah satu hurufnya. Masih banyak yang belum bisa tuk diterima. Direspon dengan hangat. Serangkaian peristiwa lampau belum bisa mengubah pemikiranku. Masih beku. Maaf, musim panas ternyata belum tiba.
Maaf atas yang tlah terjadi memang tlah termaafkan. Tapi masa tak bisa memutar waktu. Masa kiini sama tapi rasa tidakkan pernah lagi sama. Membuangnya mungkin bisa tapi tidak dengan kenangan. Ia terasa begitu lekat dan membungkus. Bukanlah prasangka yang ingin terbangunkan selanjutnya.Tapi masih membutuhkan waktu tuk melenyapkan segala prasangka. Masih membutuhkan dinding baja tuk menahannya dari benturan keras .
Keinginan itu adalah sesuatu yang hilang. Yang pada suatu saat mungkin kan kucari dan kutemukan, tapi mungkin juga kan ku lepaskan. Membiarkan terhapus oleh masa yang kan terus menggerusnya.
Komentar
Posting Komentar